Powered By Blogger

Senin, 10 Januari 2011

MAKALAH SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA
SIDAT (Anguilla sp)







Disusun oleh:
Yulia Ayu Suzana (A 420 080 013)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
MAKALAH SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA
SIDAT (Anguilla sp)

Sidat (Anguilla sp) merupakan salah satu species hewan vertebrata dari kelompok pisces. Secara kasat mata, ikan sidat memiliki bentuk yang menyerupai belut. Secara fisik belut memiliki bentuk kepala lancip dan bulat, sedangkan ikan sidat ini mempunyai bentuk kepala segitiga, badan berbintik-bintik, dan ekor yang mirip ekor lele. Sidat juga bukan belut berkuping. Karena, yang selama ini dianggap telinga, sebenarnya adalah sirip. Dilihat dari ukurannya, panjang tubuh belut akan mentok di kisaran 60 cm. Sedangkan panjang sidat berkisar 80 cm−125 cm. Bobot terberat binatang ini juga bisa menyentuh angka 1 kg. Bahkan, di Pulau Enggano, Propinsi Bengkulu pernah ditemukan ikan sidat dengan berat sampai 10 kg.
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sidat (Anguilla sp)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Osteichthyes
Ordo : Anguilliformes
Family : Anguillidae
Genus : Anguilla
Species : Anguilla sp.
Sidat mempunyai bentuk yang memanjang seperti ular, tidak mempunyai sirip perut dan punggung tidak berduri. Sisik pada ikan sidat berbentuk kecil membujur. Sirip dada sempurna, mata tertutup oleh kulit. Lubang hidung terletak di muka mata, mulut agak miring dan sampai melewati mata.
Famili Anguillidae merupakan ikan yang tinggal di dasar perairan dengan bentuk tubuh menyerupai ular, mempunyai sisik kecil yang tersusun dalam suatu kelompok yang tersembunyi dalam kulit. Genus Anguilla dapat dibedakan dengan genus lainnya dengan adanya sirip dada dan awal sirip punggung yang agak jauh dari kepala serta tutup insang terletak dekat dengan bagian dada (pectoral). Genus ini merupakan satu-satunya yang termasuk dalam famili Anguillidae, sehingga ciri dari genus Anguilla juga merupakan ciri dari famili Anguillidae.
Jenis ikan sidat yang terdapat di perairan Indonesia di antaranya adalah Anguilla bicolor dengan warna kulit bagian punggung coklat polos. Sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur menyatu serta memiliki sirip dada. Permukaan sirip punggung terletak di atas dubur. Anguilla nebulosa dengan warna kulit pada bagian punggung coklat seperti marmer. Sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur menyatu serta memiliki sirip dada. Permukaan sirip punggung terletak di depan dubur.

Habitat dan Siklus Hidup
Tahap-tahap siklus hidup ikan sidat yang dikenal dengan beberapa nama umum yaitu : larva (leptocephalus), sidat kaca (glass eel), elver, sidat kuning (yellow eel) dan sidat perak (silver eel). Ikan sidat termasuk katadromous, aktif mencari makan di malam hari (nocturnal) dan hidup di perairan tawar kemudian bermigrasi (ruaya) ke laut dalam untuk melakukan pemijahan.
Telur-telur yang telah dikeluarkan oleh ikan sidat dewasa akan naik dan mengapung dekat permukaan air. Telur-telur tersebut akan menetas sekitar 24 jam, kemudian berubah bentuk menjadi larva kecil (pralarva) yang berukuran 5 mm. Ikan planktonik kecil ini secara berangsur-angsur tumbuh menjadi leptocephalus berbentuk daun yang transparan dan hanyut dibawa arus. Selama fase pelagik pada saat larva (leptocephalus) mencapai ukuran tertentu dan akan mengalami metamorfosis. Tahap selanjutnya adalah tahap di mana bentuk ikan sidat kecil sudah menyerupai keseluruhan morfologi ikan sidat kuning tetapi belum memiliki pigmentasi eksternal sehingga disebut glass eel (sidat kaca). Sidat kaca beruaya secara aktif ke arah daratan dan perairan tawar, mulai memiliki pigmentasi eksternal ketika memasuki kawasan pantai.
Pertumbuhan tahap selanjutnya dari elver ini, yaitu pertumbuhan ikan sidat tahap kuning (yellow eel) atau tahap coklat (brown eel), dan tahap perak (silver eel). Selama kehidupan di perairan tawar, disebut ikan sidat tahap kuning atau coklat dikarenakan warna tubuh yang coklat kekuning-kuningan.
Ikan sidat hidup 2-3 tahun di air tawar sebelum kembali ke laut untuk melakukan pemijahan. Periode lamanya waktu hidup di perairan tawar tersebut bervariasi menurut spesies dan lingkungan. Tahap akhir ikan sidat hidup di perairan tawar terlihat pada perubahan pigmen tubuh menjadi warna perak, sehingga disebut ikan sidat perak. Ikan sidat yang berwarna keperak-perakan ini telah siap untuk melakukan ruaya dan selanjutnya memijah di laut dalam.
Ikan sidat betina lebih menyukai perairan esturia, danau dan sungai-sungai besar yang produktif, sedangkan ikan sidat jantan menghuni perairan berarus deras dengan produktifitas perairan yang lebih rendah.  Hal ini menunjukkan bahwa perubahan produktifitas suatu perairan dapat mempengaruhi  distribusi jenis kelamin dan rasio kelamin ikan sidat.  Perubahan produktifitas juga sering dihubungkan dengan perubahan pertumbuhan dan fekunditas pada ikan. Ikan sidat jantan tumbuh tidak lebih dari 44 cm dan matang gonad setelah berumur 3-10 tahun.  Anguilla sp. tergolong gonokhoris yang tidak berdiferensiasi, yaitu kondisi seksual berganda yang keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi intersex yang spontan.
Stadia perkembangan ikan sidat baik tropik maupun subtropik (temperate) umumnya sama, yaitu stadia leptochephalus, stadia metamorphosis, stadia glass eel atau elver, yellow eel dan silver eel (sidat dewasa atau matang gonad). Setelah tumbuh dan berkembang di perairan tawar, sidat dewasa (yellow eel) akan berubah menjadi silver eel (sidat matang gonad), dan selanjutnya akan bermigrasi ke laut untuk berpijah.  Lokasi pemijahan sidat tropis diduga berada di perairan Samudra Indonesia, tepatnya di perairan barat pulau Sumatera.
Juvenil ikan sidat hidup selama beberapa tahun di sungai-sungai dan danau untuk melengkapi siklus reproduksinya. Selama melakukan ruaya pemijahan, induk sidat mengalami percepatan pematangan gonad dari tekanan hidrostatik air laut, kematangan gonad maksimal dicapai pada saat induk mencapai daerah pemijahan. Proses pemijahan berlangsung pada kedalaman 400 m, induk sidat mati setelah proses pemijahan.
Waktu berpijah sidat di perairan Samudra Hindia berlangsung sepanjang tahun dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Desember untuk Anguilla bicolor bicolor, Oktober untuk Anguilla marmorata, dan Mei untuk Anguilla nebulosa nebulosa . Di perairan Segara Anakan, Anguilla bicolor dapat ditemukan pada bulan September dan Oktober, dengan kelimpahan tertinggi pada bulan September .Makanan utama larva sidat adalah plankton, sedangkan sidat dewasa menyukai cacing, serangga, moluska, udang dan ikan lain. Sidat dapat diberi pakan buatan ketika dibudidayakan. Pakan terbaik untuk sidat pada stadia preleptochepali adalah tepung telur ikan hiu, dengan pakan ini sidat stadia preleptochepali mampu bertahan hidup hingga mencapai stadia leptochepali.
Kedatangan juvenil sidat di estuaria dipengaruhi oleh beberapa factor lingkungan, terutama salinitas, debit air sungai, ‘odeur’ air tawar dan suhu.  Elver yang sedang beruaya anadromous menunjukkan kadar thyroid hyperaktif yang tinggi, sehingga bersifat reotropis (ruaya melawan arus). Elver juga bersifat haphobi (menghindari massa air bersalinitas tinggi) sehingga memungkinkan ruaya melawan arus ke arah datangnya air tawar.
Makanan
Pada penggunaan pakan buatan jumlah pakan yang diberikan untuk ikan sidat yang berumur 2 bulan yaitu sebanyak 3% dari bobot biomassa per hari. Pada usaha budidaya sidat di Jepang pakan yang diberikan untuk sidat ukuran larva hingga benih yaitu sebesar 25% bobot biomassa ikan sidat per hari sebanyak dua kali sehari.

Shelter (Naungan)
Penggunaan shelter pada kegiatan budidaya adalah salah satu upaya untuk meningkatkan produksi. Pada udang, shelter digunakan untuk memberikan tempat yang aman bagi pasca larva untuk ganti kulit (moulting) yang dapat menekan angka kematian karena adanya kanibalisme. Shelter yang digunakan pada udang adalah daun kelapa kering, pipa paralon, plastik bergelombang, kerai dari bambu, dan tanaman air. Shelter juga digunakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup larva teripang pasir yang sifatnya menempel terdiri dari shelter kain, plastik dan kaca.
Ikan sidat di alam hidup bergerombol dan cenderung berada di dasar perairan. Post larva ikan sidat cenderung sebagai penghuni dasar perairan dan bersembunyi di dalam lubang, terowongan, potongan-potongan tanaman atau substrat lain sebagai pelindung. Tingkah laku ini mencerminkan kebiasaan makan, strategi dalam menghindari predator dan pengaruh penangkapan.
Ikan sidat adalah jenis ikan yang tidak menyukai cahaya kuat dan merupakan ikan dasar yang suka bernaung khususnya pada waktu siang hari ketika cahaya matahari menembus sampai ke dasar sungai. Sidat aktif berenang pada malam hari tetapi ketika siang hari sidat akan bersembunyi di bawah onggokan tanah atau di bawah bebatuan. Aktivitas sidat akan meningkat pada malam hari, sehingga jumlah elver yang tertangkap pada malam hari lebih banyak daripada yang tertangkap pada siang hari. Elver cenderung memilih habitat yang memiliki salinitas rendah dengan turbiditas tinggi. Salinitas dan turbiditas merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap kelimpahan.  Kelimpahan elver yang paling tinggi terjadi pada saat bulan gelap.Ikan sidat mampu beradaptasi pada kisaran suhu 12oC-31oC, sidat mengalami peurunan nafsu makan pada suhu lebih rendah dari 12oC.  Salinitas yang bisa ditoleransi berkisar 0-35 ppm.  Sidat mempunyai kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu bernapas melalui kulit diseluruh tubuhnya
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran baik panjang volume atau berat dalam satu waktu tertentu. Pada stadia juvenil, ikan sidat mempunyai laju pertumbuhan yang cepat, di mana panjang berat bersifat linier. Hal ini disebabkan karena pada stadia juvenil belum terjadi perkembangan gonad, sehingga kelebihan energi yang masuk seluruhnya digunakan untuk pertumbuhan. Umumnya di daerah tropis makanan merupakan faktor yang sangat berpengaruh demi pertumbuhan ikan sidat. Pada keadaan normal, ikan akan mengkonsumsi makanan relatif lebih banyak sehingga pertumbuhannya sangat cepat. Selain itu keberhasilan dalam mendapatkan makanan akan menentukan pertumbuhan ikan tersebut. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa khusus untuk daerah tropis, pertumbuhan terjadi pada bulan April hingga September, dan pada periode tersebut ikan sidat aktif dalam mencari makan.
Beberapa penyebab pertumbuhan larva lambat adalah nafsu makan kurang, kualitas pakan tambahan rendah dan jumlah pakan yang kurang, serta padat penebaran yang terlalu tinggi. Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kelangsungan hidup benih ikan sidat, adalah persiapan bak atau wadah pemeliharaan benih yang kurang sempurna, padat penebaran yang terlalu tinggi, adanya serangan penyakit ekor putih.

Kandungan gizi ikan sidat (Anguilla sp)
Ikan sidat disebut juga ikan moa, dan nama ilmiahnya adalah Anguilla japonica. Ikan sidat adalah sejenis ikan yang mempunyai nilai gizi sangat tinggi, kaya akan protein serta vitamin D dan E, serta mempunyai mucoprotein yang kaya, disebut sebagai asam amino lemak ganggang dan asam ribonukleat.
Ikan sidat sangat berharga, sejak zaman kuno telah mendapat nama harum seperti “ginseng air”, “emas lunak” dan lain lain, terdapat catatan rincinya pada “Kitab Obat-Obatan Herbal China”, “Kumpulan Obat Ajaib China” dan catatan-catatan kuno lainnya. Ikan sidat dapat meninggalkan hidup di air, daya adaptasinya sangat kuat, dapat hidup di laut, juga dapat hidup di sungai, maupun air tawar.
Sampai sekarang, ikan sidat tak dapat dibudidaya oleh manusia, oleh karena itu nilainya sangat tinggi. Penelitian kedokteran moderen menemukan bahwa kandungan vitamin dan mikronutrien dalam ikan sidat sangat tinggi, di antaranya kandungan vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin A masing-masing adalah 25 kali lipat, 5 kali lipat dan 45 kali lipat susu sapi, kandungan zinc (emas otak) merupakan 9 kali lipat susu sapi. Terutama beberapa tahun belakangan ini ditemukan bahwa ikan sidat mengandung berbagai asam lemak tak jenuh yang tinggi yang tak ada pada hewan lainnya, sehingga dapat merupakan makanan utama yang memenuhi nafsu makan manusia, tanpa perlu kuatir badan akan menjadi gemuk. Rasa ikan sidat harum dan enak, disebut sebagai “ginseng air”, fungsinya dalam memperpanjang umur dan melawan kelemahan dan penuaan tak ternilai.
Ikan sidat (Anguilla sp) mungkin belum terlalu dikenal oleh banyak orang di sini. Tapi, di berbagai negara ikan sidat jadi makanan primadona yang harganya sangat sangat mahal. Ikan yang mampu langsung melipatgandakan vitalitas pria serta baik bagi ibu hamil dan tumbuh kembang anak ini sarat dengan kandungan gizi. Kandungan vitamin A mencapai 4.700 IU/100 gram, sedangkan hati ikan sidat lebih tinggi lagi, yaitu15.000 IU/100 gram. Lebih tinggi dari kandungan vitamin A mentega yang hanya mencapai 1.900 IU/100 gram.
Bahkan kandungan DHA ikan sidat 1.337 mg/100 gram mengalahkan ikan salmon yang hanya tercatat 820 mg/100 gram atau tenggiri 748 mg/100 gram. Sementara kandungan EPA ikan sidat mencapai 742 mg/100 gram, jauh di atas ikan salmon yang hanya 492 mg/100 gram dan tenggiri yang hanya 409 mg/100 gram.

Banyak orang Indonesia yang bahkan belum pernah mencicipi ikan asli Indonesia ini. Banyak yang penasaran dan ingin mencicipi ikan terbaik, terlezat, dan paling bergizi ini. Untuk itulah acara anjangkarya yang keempat kalinya ini kami adakan. Acara jalan2 sambil mencicipi ikan sidat serta belajar dan melihat langsung kehidupan serta budidaya ikan sidat ini akan dilangsungkan tanggal 16 Oktober 2010 langsung di tambak ikan sidat Karawang.
Sumber ikan sidat tersebar di berbagai daerah di dunia, pembiakan dengan penangkapan tunas ikan sidat alami dan menjadi ikan sidat air tawar sangat jarang, sedangkan keistimewaan ikan sidat air tawar mempunyai masa pertumbuhan yang pendek dan tak terpolusi zat logam. Teknologi menemukan bahwa daya hidup ikan sidat yang ajaib bersumber dari tulang sum-sumnya yang besar dan kuat. Penelitian modern menunjukkan bahwa tulang sum-sum ikan sidat mengadung beratus-ratus jenis zat bergizi, gizi dan nilai farmakologinya yang istimewa telah mendapat perhatian yang luas dari para pakar.







LAMPIRAN

Jumat, 07 Januari 2011

Laporan PKL STC

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dunia tumbuhan dibagi menjadi 5 divisi yaitu : Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta. Dari kelima divisi tersebut Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta, digolongkan dalam tumbuhan tingkat rendah karena struktur tumbuhan tersebut masih sederhana. Sedangkan divisi Spermatophyta merupakan tumbuhan yang paling tinggi tingkatanya, sehingga digolongkan dalam kelompok tumbuhan tingkat tinggi.
Berdasarkan struktur, bentuk dan ciri yang dimiliki oleh masing-masing divisi, tumbuhan tersebut masih dapat dibagi dalam berbagai tingkatan dan golongan mulai dari tingkat bawah divisi yaitu kingdom hingga tingkat yang paling rendah yaitu spesies.
Penggolongan tumbuhan ini dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu dengan identifikasi, determinasi, deskripsi, dan klasifikasi. Khusus untuk golongan tumbuhan tingkat rendah, langkah identifikasi, determinasi, deskripsi, dan klasifikasi memerlukan ketelitian yang tidak kalah penting dengan identifikasi, determinasi, deskripsi, dan klasifikasi pada tumbuhan tingkat tinggi.
Proses identifikasi, determinasi, deskripsi, dan klasifikasi dapat dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan dengan mengamati secara langsung masing-masing spesies dari tumbuhan. Pengamatan langsung di lapangan akan memberikan pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas bagi para mahasiswa guna membandingkan teori dengan fakta di lapangan.
Dengan pengamatan langsung di lapangan dapat diketahui sifat, ciri, struktur masing-masing spesies, sehingga dapat ditemukan klasifikasi dari spesies yang kita identifikasi dengan itu kita dapat mendeskripsikan spesies tersebut.
Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan di pantai Krakal Yogyakarta, karena lokasi ini sangat cocok dan banyak sekali ditemukan spesies dari divisi Algae.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal jenis-jenis dan habitat Algae yang ada di Pantai Krakal Yogyakarta.
2. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi, determinasi, klasifikasi, dan mendeskripsikan Algae, Bryophyta, dan Pteridophyta yang diamati.
3. Mahasiswa mampu mengkaitkan teori dan praktik berdasarkan fakta yang ada di lapangan.
C. MANFAAT
1. Dengan diadakannya PKL ini dapat memberikan manfaat bagi praktikan secara langsung yaitu, memberikan pengalaman belajar secara langsung dengan mengkaitkan antara praktik dengan teori yang didapat dikelas.
2. Praktikan dapat mengenal jenis-jenis Algae, Bryophyta, dan Pteridophyta yang tidak hanya dicontohkan dikelas.
3. Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang luasnya pengetahuan dan banyaknya macam Algae yang dapat ditemukan di pantai Krakal.
4. Bagi dosen dan asisten dapat menemukan jenis Algae yang baru yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Divisi Bryophyta
Campbel (2001), menyatakan bahwa Bryophyta atau tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang tingkat perkembangnya lebih tinggi daripada Thallophyta. Pada umumnya memiliki warna yang benar-benar hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastid yang mengandung klorofil a dan b. kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya memilki dinding yang terdiri atas selulosa.
Kimball (1990), menyatakan bahwa tumbuhan lumut disebut juga tumbuhan gametofit. Pada tumbuhan lumut menghasilkan organ reproduksi jantan yang disebut anteridium dan berisi sperma. Juga menghasilkan organ reproduksi betina disenut arkegonium berbentuk botol, dan menghasilkan ovum. Tumbuhan lumut merupakan generasi gametofit yang membentuk gamet-gamet untuk melakuakan reproduksi seksual dan sebagai generasi sporofitnya adalah protonema yang menghasilkan spora.
Suwarno (2009) menyatakan bahwa Bryophyta berasal dari bahasa Yunani, katabryum yang berarti lumut danphyta artinya adalah tumbuhan. Tumbuhan lumut memiliki ciri-ciri:
a. Memiliki habitat di daerah yang lembab.
b. Tumbuhan lumut merupakan peralihan dari Thallophyta ke Cormophyta, karena tumbuhan lumut belum memiliki akar sejati.
c. Akar pada tumbuhan lumut masih berupa rhizoid, selain itu tumbuhan ini belum memiliki berkas pembuluh angkut xylem dan floem, sehingga untuk mengangkut zat hara dan hasil fotosintesisnya menggunakan sel-sel parenkim yang ada.
d. Tumbuhan lumut memiliki klorofil atau zat hijau daun sehingga cara hidupnya fotoautotrof.
e. Tumbuhan lumut dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan spora haploid dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
f. Dalam siklus hidupnya atau metagenesis tumbuhan lumut, akan didapati fase gametofit, yaitu tumbuhan lumut sendiri yang lebih dominan dari fase sporofit, yaitu sporogonium.
Sulistyorini (2009) menyatakan bahwa tumbuhan yang termasuk dalam divisi Bryophyta mempunyai beberapa ciri, antara lain, telah mempunyai lapisan pelindung (kutikuladan gametangia), struktur tubuhnya mempunyai generasi gametofit, sperma diproduksi oleh anteridium dan ovum diproduksi oleh arkegonium. Lumut biasa hidup di tempat-tempat yang lembap dan tidak terkena cahaya matahari, seperti dinding bata basah, tebing, atau di kulit kayu yang lembap. Tumbuhan lumut belum mempunyai batang, daun dan akar yang sebenarnya, tetapi sudah memiliki buluh-buluh halus semacam akar yang disebut rizoid. Selain itu, lumut juga sudah memiliki klorofil.

Widayati (2009) menyatakan bahwa lumut memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan tumbuhan lain. Lumut merupakan tumbuhan dengan ukuran relatif kecil, tingginya 2 sampai 50 cm. Tubuhnya tidak memiliki akar, batang, dan daun yang sebenarnya, tetapi mempunyai bagian yang menyerupai akar (rizoid), batang, dan daun. Pada beberapa jenis lumut hati atau lumut tanduk tubuhnya masih berupa talus (lembaran). Rizoid adalah struktur menyerupai rambut atau benang-benang yang berfungsi untuk melekatkan tubuh pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam mineral. Rizoid ini terdiri dari satu deret sel yang memanjang, terkadang dengan sekat yang tidak sempurna.

2. Divisi Pteridophyta
Heywood (2003) menyatakan bahwa warga tumbuhan paku amat heterogen, baik ditinjau dari segi habitus maupun cara hidupnya, lebih – lebih bila diperhitungkan pula jenis paku yang telah punah. Ada jenis – jenis paku yang sangat kecil dengan daun – daun yang kecil – kecil pula dengan struktur yang masih sederhana, ada pula yang besar dengan daun – daun yang mencapai ukuran panjang sampai 2 m atau lebih dengan struktur yang rumit. Tumbuhan paku purba ada yang mencapai tinggi sampai 30 m dengan garis tengah batang sampai 2 m, dari segi cara hidupnya ada jenis – jenis paku yang hidup teresterial (paku tanah), ada paku epifit, dan ada paku air. Dimasa yang silam (jutaan tahun yang lalu), hutan – hutan di bumi kita terutama tersusun atas warga tumbuhan paku yang berupa pohon – pohon yang tinggi besar, dan kita kenal sisa – sisanya sekarang sebagai batu bara. Jenis – jenis yang sekarang ada jumlahnya relative kecil (lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah warga divisi lainnya) dapat dianggap sebagai relic (peninggalan) suatu kelompok tumbuhanyang dimasa jayanya pernah pula merajai bumi kita ini, yaitu dalam zaman paku (Palaeozoicum). Jenis – jenis yang sekarang masih ada sebagian sebagian besar bersifat higrofit. Mereka lebih menyukai tempat – tempat yang teduh dengan derajat kelembaban yang tinggi, paling besar mencapai ukuran tinggi beberapa meter saja, seperti terdapat pada marga Cyatheadan Alsophila, yang warganya masih berhabitus pohon dan kita kenal antara lain di Indonesia sebagai paku tiang.
Iqbalali (2008), menyatakan bahwa tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi – divisi yang telah dibicarakan sebelumnya, alat perkembang – biakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu, sementara ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam dua kelompok saja yang diberi nama Cryptogamae dan phanerogamae. Cryptogamae ( tumbuhan spora ) meliputi yang sekarang kita sebut dibawah nama Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta.
Tjitrosoepomo (2000), menyatakan bahwa Pteridophyta mempunyai gametofit bersifat thalus, sporofitnya dapat dibedakan menjadi akar, batang, dan daun memiliki batang bercabang-cabang menggarpu, akar mempunyai kaliptra. Pada akar dan batang dijumpai berkas pengangkutan. Pteridophyta dapat tumbuh menjulang ke udara, ada yang berbentuk pohon dan dapat mencapai beberapa meter. Pteridophyta dibedakan menjadi 4 divisi yaitu Psillophytinae, Lycopodinae, Equisitinae, dan Filicinae.
Moertolo (2004), Pada tumbuhan paku, yang biasa kita lihat adalah generasi sporofit. Pada awal musim panas, akan nampak bercak-bercak kecoklatan pada bagian bawah anak daun tumbuhan paku. Bercak-bercak tersebut disebut sorus dan berisi banyak sporangium. Jika kita lihat lebih dalam, di dalam sporangium ini terjadi pembelahan meiosis dari satu sel induk spora menghasilkan empat sel spora. Jika kelembaban menurun, sel-sel bibir berdinding tipis dari masing-masing sporangium terpisah dan anulus terbuka dengan perlahan-lahan, lalu dengan gerak yang cepat anulus meletik kedepan dan mengeluarkan spora-sporanya. Jika spora-spora ini sampai pada habitat yang sesuai, maka spora tersebut akan berkecambah membentuk benang-benang sel. Masing-masing spora akan tumbuh menjadi protalus yang dilengkapi dengan rizoid yang berfungsi untuk membantu penyerapan air dan mineral dari dalam tanah. Sel-sel protalus ini bersifat haploid dan merupakan generasi gametofit yang dewasa.
Prosea (2003), Tumbuhan paku dapat hidup dimana saja , pada daerah yang terkena sinar matahari langsung hingga tempat-tempat yang tertutup canopy hutan yang rapat, ditemukan juga di dataran rendah hingga pegunungan, pada kondisi tanah berair hingga kering pada iklim tropis hingga sub tropis. Namun demikian tumbuhan paku lebih menyenangi tempat-tempat yang sejuk dan memiliki kelembaban yang tinggi. Pada tempat semacam in populasi paku-pakuan menjadi sangat tinggi. Hutan hujan tropis yang memiliki kelembaban yang sangat tinggi ternyata merupakan salah satu rumah yang terbaik bagi tumbuhan paku. Diduga hutan ini kaya akan berbagai jenis paku-pakuan. Keragaman jenis paku-pakuan di dunia diduga sebesar 12.000 jenis dalam 225 genera dan di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 1250 jenis. Sementara Papua dengan hutan hujan tropis yang sangat luas diduga menyimpan 187 genera yang memuat sebanyak 1700 – 1800 jenis bahkan dapat lebih dari 2000 jenis.

3. Divisi Thallophyta Sub Divisi Algae
Putra ( 2006 ), menyatakan bahwa Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 km. Didalam lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air maupun hewan air. Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut adalah alga.
Soeriawidjaja ( 2005 ), menyatakan bahwa diitinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.
Setiawan ( 2004 ), menyatakan bahwa berbagai jenis alga seperti Griffithsia, Ulva, Enteromorpna, Gracilaria, Euchema, dan Kappaphycus telah dikenal luas sebagai sumber makanan seperti salad rumput laut atau sumber potensial karagenan yang dibutuhkan oleh industri gel. Begitupun dengan Sargassum, Chlorela/Nannochloropsis yang telah dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat, Osmundaria, Hypnea, dan Gelidium sebagai sumber senyawa bioaktif, Laminariales atau Kelp dan Sargassum Muticum yang mengandung senyawa alginat yang berguna dalam industri farmasi. Pemanfaatan berbagai jenis alga yang lain adalah sebagai penghasil bioetanol dan biodiesel ataupun sebagai pupuk organik.
Harris ( 2001 ), menyatakan bahwa kemampuan alga dalam menyerap ion-ion logam sangat dibatasi oleh beberapa kelemahan seperti ukurannya yang sangat kecil, berat jenisnya yang rendah dan mudah rusak karena degradasi oleh mikroorganisme lain. Untuk mengatasi kelemahan tersebut berbagai upaya dilakukan, diantaranya dengan mengimmobilisasi biomassanya. Immobilisasi biomassa dapat dilakukan dengan mengunakan (1) Matrik polimer seperti polietilena glikol, akrilat, (2) oksida (oxides) seperti alumina, silika, (3) campuran oksida (mixed oxides) seperti kristal aluminasilikat, asam polihetero, dan (4) Karbon. Berbagai mekanisme yang berbeda telah dipostulasikan untuk ikatan antara logam dengan alga/biomassa seperti pertukaran ion, pembentukan kompleks koordinasi, penyerapan secara fisik, dan pengendapan mikro. Tetapi hasil penelitian akhir-akhir ini menunjukan bahwa mekanisme pertukaran ion adalah yang lebih dominan. Hal ini dimungkinkan karena adanya gugus aktif dari alga/biomassa seperti karboksil, sulfat, sulfonat dan amina yang akan berikatan dengan ion logam.
Ramellow ( 2000 ), menyatakan bahwa Alginat merupakan konstituen dari dinding sel pada alga yang banyak dijumpai pada alga cokelat (Phaeophycota). Senyawa ini merupakan heteropolisakarida dari hasil pembentukan rantai monomer mannuronic acid dan gulunoric acid. Kandungan alginat dalam alga tergantung pada jenis alganya. Kandungan terbesar alginat (30-40 % berat kering) dapat diperoleh dari jenis Laminariales sedangkan Sargassum Muticum, hanya mengandung 16-18 % berat kering. Pemanfaatan senyawa alginat didunia industri telah banyak dilakukan seperti natrium alginat dimanfaatkan oleh industri tektil untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan industri, kalsium alginat digunakan dalam pembuatan obat-obatan. Senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan makanan yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam industri farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuatan pelapis kapsul dan tablet. Alginat juga digunakan dalam pembuatan bahan biomaterial untuk tehnik pengobatan seperti micro-encapsulation dan cell transplantation.



BAB III
METODE PELAKSANAAN


A. Waktu dan Tempat :
1) Sub divisi Algae
Waktu : 11.00-13.00
Tempat : Pantai Krakal Yogyakarta
2) Divisi Bryophyta
Waktu : 09.00-1100
Tempat : Taman gedung kesehatan D 1.1 UMS
3) Divisi Pteridophyta
Waktu : 15.00-16.00
Tempat : Di rumah Devi
B. Pelaksanaan PKL
1. Alat
a) Botol jeem
b) Alat tulis
c) Lembar pengamatan
d) Kamera
e) Buku flora
f) Label
g) Buku petunjuk praktikum
2. Bahan
a) Larutan formalin
b) Spesies yang di identifikasi
Sub divisi Algae : Ganggang hijau (Ulva sp)
Ganggang hijau (Halicystis sp)
Ganggang merah (Gracilaria sp)
Ganggang pirang (Padina sp)
Ganggang pirang (Turbinaria sp)
Ganggang hijau (Caulerpa sp)
Ganggang merah (Corallina sp)
Divisi Bryophyta: Lumut hati (Riccia sp)
Lumut daun (Andreaea sp)
Lumut hati (Riccia nutans)
Divisi Pteridophyta: Paku sejati (Nephrolepis exaltata)
Paku sejati (Polypodium polycarpon)
Paku sejati (Adiantum capillus)
Paku sejati (Polystichum filix)
Paku sejati (Nephrolepis biserrata)

3. Cara karja
1. Sub divisi Algae
a) Mengamati dan mempelajari morfologi Algae yang dijumpai dilokasi.
b) Membuat dokumen dengan foto dari Algae yang ditemukan.
c) Memasukan Algae ke dalam botol jeem untuk diidentifikasi sebagai sample.
d) Melakukan identifikasi dan determinasi Algae yang ditemukan.
e) Menyusun klasifikasi Algae yang ditemukan berdasarkan determinasi yang diketahui.
f) Membuat deskripsi dari Algae yang ditemukan berdasarkan ciri-ciri morfologi, klasifikasinya, determinasinya, serta habitat dari Algae yang ditemukan.
2. Divisi Bryophyta
a) Mengamati dan mempelajari morfologi lumut yang dijumpai dilokasi.
b) Membuat dokumen dengan foto dari lumut yang ditemukan.
c) Melakukan identifikasi lumut yang ditemukan.
d) Menyusun klasifikasi lumut yang ditemukan berdasarkan identifikasi yang diketahui.
e) Membuat deskripsi dari lumut yang ditemukan berdasarkan ciri-ciri morfologi, klasisikasinya, serta habitat dari lumut yang ditemukan.

3. Divisi Pteridophyta
a) Mengamati dan mempelajari morfologi tumbuhan paku yang dijumpai dilokasi.
b) Membuat dokumen dengan foto dari tumbuhan paku yang ditemukan.
c) Melakukan identifikasi dan determinasi tumbuhan paku yang ditemukan.
d) Menyusun klasifikasi tumbuhan paku yang ditemukan berdasarkan determinasi yang diketahui.
e) Membuat deskripsi dari lumut yang ditemukan berdasarkan ciri-ciri morfologi, klasifikasinya, determinasi, serta habitat dari lumut yang ditemukan.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Algae
a) Nama lokal/ilmiah : Gangggang hijau (Ulva sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Ulotrichales
Family : Ulvaceae
Genus : Ulva
Spesies : Ulva sp


3) Deskripsi :
Ulva sp termasuk ganggang hijau yang berhabitat di air laut. Memiliki bentuk seperti thalus daun selada, yang terdiri dari 2 lapis sel yang membentuk struktur seperti parenkim. Termasuk dalam classis Chlorophyceae karena memiliki klorofil, hidup berkoloni, bentuk lembaran. Termasuk dalam ordo Ulothrichales karena sel-selnya mempunyai satu inti dan kloroplas yang masih rendah tingkatannya membentuk koloni berupa benang dan bercabang atau tidak, yang lebih tinggi tingkatannya membentuk thalus lebar dan melekat pada suatu alas yaitu pada batu karang dengan rhizoidnya sebagai alat pelekat. Berkembangbiak dengan zoospore dengan 4 bulu cambuk dan gamet sama besar.




b) Nama lokal/ilmiah : Ganggang hijau (Halicystis sp)
1) Gambar

2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Shiponales
Family :Halycistidaceae
Genus : Halicystis
Spesies : Halicystis sp






3) Deskripsi
Halicystis sp termasuk dalam ganggang hijau yang berhabitat di air laut. Mempunyai alat pelekat yang disebut rizoid. Thalusnya hanya terdiri dari suatu sel, bagian atas seperti gelembung, berwarna hijau dan banyak inti. Termasuk classis Chlorophyceae karena memilki klorofil dan membentuk koloni. Termasuk dalam ordo Shiponales karena bentuknya bermacam-macam, thalusnya tidak mempunyai dinding pemisah yang melintang sehingga dinding pemisah selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas. Termasuk family Halicystidaceae karena bentuknya menyerupai protosiphon tetapi hidup di laut. Perkembangbiakan dengan aseksual zoospore. Perkembangbiakan seksual dengan oogonium.






c) Nama lokal/ilmiah : Ganggang merah (Gracilaria sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Classis :Rhodophyceae
Sub klasis : Floridae
Ordo : Gigartinales
Family : Gigartinaceae
Genus : Gracilaria
Spesies : Gracilaria sp






3) Deskripsi :
Gracilaria sp termasuk dalam ganggang merah yang berhabitat di air laut menempel pada karang dengan alat pelekat berupa rizoid. Tubuhnya silindris dengan garis tengah 2-3 mm bercabang-cabang. Termasuk dalam classis Rhodophyceae karena berwarna merah, kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil a, karotenoid, dan dominan fikoeretrin. Termasuk dalam sub classis Floridae karena thalus masih sangat sederhana, tetapi umumnya hampir selalu barcabang-cabang dengan beraturan dan mempunyai beranekaragam bentuk. Seperti benang, lembaran-lembaran. Percabanganya meyirip menggarpu. Perkembangbiakan dengan 3 pergiliran keturunan yaitu gametofit, karposporofit, dan tetrasporofit.



d) Nama lokal/ilmiah : Ganggang pirang (Padina sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Classis : Phaeophyceae
Ordo : Dictyotales
Family : Dictyotaceae
Genus : Padina
Speseis : Padina sp






3) Deskripsi :
Padina sp termasuk dalam ganggang pirang yang berhabitat di air laut yang memelakat di atas batu karang dengan alat pelekat yang disebut rizoid. Thalus berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu. Terasuk dalam classis Phaeophyceae karena berwarna pirang, termasuk ordo Dictyotales karena bentuk thalus seperti pita bercabang-cabang menggarpu. Pada thalus terdapat garis-garis konsentris dan penebalan gametangia. Perkembangbiakan seksual dengan oogami. Anteridium yang berkotak-kotak dan oogonium terdapat pada tempat berlainan.








e) Nama lokal/ilmiah : Ganggang pirang (Turbinaria sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Classis : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Family : Fucaceae
Genus : Turbinaria
Spesies : Turbinaria sp






3) Deskripsi :
Turbinaria sp termasuk dalam ganggang pirang yang berhabitat di air laut yang melekat pada batu karang dengan perantara rizoid. Thalus berbentuk seperti terompet, pita,dan kaku. Bercabang-cabang menggarpu dan melekat pada karang dengan rizoid. Ujung thalus agak membesar dan mempunyai konseptakel. Tubuhnya seperti semak atau pohon yang seolah-olah mempunyai akar, batang dan daun oleh karena itu Turbinaria sp dikelompokan dalam ordo Fucales. Termasuk classis Phaeophyceae karena memiliki warna pirang dengan kromatofora klorofil a, karotin, xantofil yang dominan fikosianin. Perkembangbiakan dengan cara seksual, aseksual, terdapat pergiliran keturunan dengan isogami. Pembelahan reduksi terjadi pada pembentukan spora.





f) Nama lokal/ilmiah : Ganggang hijau (Caulerpa sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Siphonales
Family : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Spesies : Caelerpa sp





3) Deskripsi :
Caulerpa sp termasuk dalam ganggang hijau yang berhabitat di air laut, melekat pada batu karang dengan rizoid. Termasuk dalam classis Chlorophyceae karena tubuh berupa sel tunggal soliter atau berkoloni. Yang bersel banyak seperti filament. Mengandung klorofil a, klorofil b, serta karotenoid. Termasuk dalam ordo Siphonales karena bentuknya bermacam-macam. Thalusnya tidak mempunyai dinding pemisah melintang sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas. Termasuk family Caulerpaceae karena thalus bagian atas menyerupai daun dan besarnya beberapa dm. berguna untuk asimilasi. Bagian bawah merupakan sumbu merayap terdapat leukoamiloplas dan rizoid. Perkembangbiakan seksual dengan anisogami. Seluruh tubuh jantan dan betina mengeluarkan gamet dan akhirnya mati.



g) Nama lokal/ilmiah : Ganggang merah (Corallina sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Classis : Rhodophyceae
Sub classis : Floridae
Ordo :Cryptonemiales
Family :Cryptonemiaceae
Genus : Corallina
Spesies : Corallina sp




3) Deskripsi :
Corallina sp termasuk dalam ganggang merah yang berhabitat di air laut yang melekat pada karang dengan rizoidnya. Termasuk dalam ordo Cryptonemiales karena tubuhnya menyerupai kerak dan melekat di atas batu karang. Tubuhnya mengadung kapur dan bersegmem-segmen. Termasuk dalam classis Rhodophyceae karena berwarna merah, kromatoforanya berbentuk cakram atau lembaran, mengandung klorofil a dan karotenoid, tetapi warna tubuh tertutup oleh fikoeretrin, perkembangbiakan dengan pergiliran ketururnan, yaitu gametofit, karposporofit, dan tetrasporofit. Termasuk dalam sub classis floridae karena thalus masih sederhana bercabang-cabang dengan percabangan yang menggarpu.





2. Bryophyta
a) Nama lokal/ilmiah : Lumut hati (Riccia sp)
1) Gambar
2) Kalsifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Classis : Hepaticopsida
Ordo : Marchantiales
Familia :Marcahntiaceae
Genus : Riccia
Spesies : Riccia sp








3) Deskripsi :
Riccia sp termasuk dalam divisi Bryophyta karena mempunyai gametangium dan sporangium yang multiseluler serta dilapisi oleh sel-sel steril. Temasuk classis Hepaticopsida karena gametifitnya berbentuk seperti pita yang bercabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rhizoid. Termasuk ordo Marchantiales karena permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hampir tidak mungkin dilalui air. Jika dilihat dari atas, talus kelihatan berpetak-petak. Talusnya berumah satu (anteridium dan arkegonium terdapat pada satu tanaman).






b) Nama lokal/ilmiah : Lumut daun (Andreaea sp)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Classis : Bryopsida
Ordo : Andreaeales
Familia :Andreaeaceae
Genus : Andreaea
Spesies : Andreaea sp




3) Deskripsi :
Andreaea sp merupakan lumut daun, tubuh gametofitnya dapat dibedakan antara batang dan daun. Melekat dengan rizoid, sporofitnya terdiri dari kaki, seta dan kapsul. Habitatnya ditempat lembab dan basah. Dikelompokan dalam kelas Bryopsida karena tubuh gametofitnya dapat dibedakan antara batang dan daun.











c) Nama lokal/ilmiah : Lumut hati (Riccia nutans)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi : Bryophyta
Calsis : Hepaticopsida
Ordo : Marchantiales
Familia :Marchantiaceae
Genus : Riccia
Spesies : Riccia nutans





3) Deskripsi :
Riccia nutans berhabitat di daerah yang basah, tepi rawa-rawa, pada batuan, cadas, dan dataran tinggi. Cara hidupnya epifit menempel pada tanah. Morfologinya mempunyai bentuk thalus seperti pita dan bercabang menggarpu. Pada percabangan dikotom ada pada ujung thalus. Alas an pengelompokan dalam takson karena thalusnya seperti pita, agak tebal, berdaging, dan mempunyai rusuk tengah yang tidak begitu menonjol. Terdapat rizoid pada sisik-sisik ventral, tepi bergerigi. Thalusnya berumah dua. Perkembangbiakan dengan spora arkegonium dan anteridium dengan generative. Kuncup eram (vegetative).





3. Pteridophyta
a) Nama lokal/ilmiah : Paku sejati (Nephrolepis exaltata)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Sub classis: Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiacea
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis exaltata




3) Kunci determinasi :
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b,...11.famili Polypodiaceae
1b, 5b, 10b, 13b, 15a,……………………9. Genus Nephrolepis
9. 1b, 2a,…………………..…….. spesies Nephrolepis exaltata
4) Deskripsi :
Nephrolepis exaltata berhabitat di hutan belukar, rimba, rumput, pagar, tepi air, hutan secundair. Merupakan paku tanah yang epifit. Ciri-cirinya akar rimpang tegak, daun lebat, tangkai daun bersisik jarang. Kaku, anak daun duduk atau hampir duduk, kerap kali sisik dengan kapur. Yang terbawah agak berjauhan. Yang teratas terkumpul. Anak daun fertile lurus atau berbentuk bulan sabit. Termasuk alam family Polypodiaceae karena merupakan paku tanah epifit, tidak ada batang sesungguhnya, akar rimpang bersisik, daun mempunyai hubungan beruas atau tidak dengan akar rimpang. Tunggal atau majemuk, daun muda mengulung spiral. Sporangia di bawah daun (kadang-kadang di tepi daun), berurutan atau dalam kelompok (sori). Sori berbeda-beda menurut penempatan, bentuk besar, telanjang, atau tertutup oleh tepi daun selaput penutup. Dimasukan dalam genus Nephrolepis karena daun menyirip tunggal, anak daun tidak berlekuk menyirip atau berbagi menyirip. Daun tidak beruas dengan akar rimpang, anak daun beruas dengan poros. Perkembangbiakan dengan spora, bentuknya bulat tertutup selaput, letaknya agak ke dalam karena tepi daun menggulung.

























b) Nama lokal/ilmiah : Paku sejati (Polypodium polycarpon)
1) Gambar
2) Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Sub classis : Leptopsporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiaceae
Genus : Polypodium
Spesies : Polypodium polycarpon



3) Kunci deteminasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b...11.famili Polypodiaceae
genus Polypodium
Spesies Polypodium polycarpon
4) Deskripsi :
Polypodium polycarpon termasuk dalam paku sejati yang berhabitat di tempat lembab, teduh, terhindar dari sinar matahari, gambut, pasir, dan humus. Ciri-cirinya akar rimpang berwarna hiaju daunya. Tangkai ditutupi oleh sisik coklat, daun bagian atas berakhir seperi jumbai. Temasuk family Polypodiaceae karena merupakan paku tanah epifit, tidak ada batang sesungguhnya, akar rimpang bersisik, daun mempunyai hubungan beruas atau tidak dengan akar rimpang. Tunggal atau majemuk, daun muda mengulung spiral. Sporangia di bawah daun (kadang-kadang di tepi daun), berurutan atau dalam kelompok (sori). Sori berbeda-beda menurut penempatan, bentuk besar, telanjang, atau tertutup oleh tepi daun selaput penutup. Termasuk dalam genus Polypodium karena pada ujung daunya berjumbai, tulang daunnya memiliki percabangan, pada ujungnya ada urat-urat daun, daun cenderung kaku (bagian atas), merupakan paku sejati yang hidup di teduh dan lembab.




























c) Nama lokal/ilmiah : Paku sejati (Adiantum capillus)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis : Polypodiaceae
Ordo : Schizeales
Family : Adiantaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum capillus




3) Kunci determinasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b...11. famili Polypodiaceae
1b, 5b, 10b, 13a, 14a,……………………12. Genus Adiantum
spesies Adiantum capillus
4) Deskripsi :
Adiantum capillus termasuk dalam paku sejati berhabitat di tepi sungai, termasuk family Polypodiaceae karena merupakan paku tanah epifit, tidak ada batang sesungguhnya, akar rimpang bersisik, daun mempunyai hubungan beruas atau tidak dengan akar rimpang. Tunggal atau majemuk, daun muda mengulung spiral. Sporangia di bawah daun (kadang-kadang di tepi daun), berurutan atau dalam kelompok (sori). Sori berbeda-beda menurut penempatan, bentuk besar, telanjang, atau tertutup oleh tepi daun selaput penutup. Termasuk genus Adiantum karena tangaki daunya dan poros-poros daun hitam coklat, mengkilat, sporangia tidak tertancap pada helaian daun sesungguhnya, tetapi pada sisi dalam dari selaput penutup. Perkembangbiakan dengan spora yang bentuknya bulat, dibawah daun letaknya agak ke dalam (daun menggulung pada tepinya). Daun majemuk, sepanjang tepi bercangap, bulat telur terbalik.




























d) Nama lokal/ilmiah : Paku sejati (Polystichum filix)
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Sub classis :Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiaceae
Genus : Polystichum
Spesies : Polystichum filix






3) Kunci determinasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b...11. family Polypodiaceae
genus Polystichum
spesies Polystichum filix
4) Deskripsi :
Polystichum filix merupakan paku sejati yang berhabitat di tempat lembab, tepi sungai, tepi air, hidup di atas tanah sebagai substrat. Ciri-cirinya memiliki akar yang jelas, batang tegak ke atas langsung tertancap ke tanah, tidak memiliki percabangan. Termasuk dalam genus Polystichum karena merupakan paku tanah dengan akar yang jelas, daunya berhadapan dengan tepi berlekuk-lekuk, spora terletak di bawah sisi daun dekat dengan pertulangan daun bagian tengah. Perkembangbiakan dengan spora yang berbentuk ginjal, letaknya dekat pertulangan daun, berkumpul membentuk sorus.



e) Nama lokal/ilmiah : Paku sejati (Nephrolepis biserrata)
1) Gambar
2) Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis :Filicinae
Sub classis : Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis biserrata



3) Kunci determinasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b...11. famili Polypodiaceae
1b, 5b, 10b, 13b, 15a,……………………9. Genus Nephrolepis
9. 1b, 2b,………………..……. spesies Nephrolepis biserrata
4) Deskripsi :
Nephrolepis biserrata merupakan paku tanah yang epifit, akar rimpang tegak berdaun rapat. Tangkai kuat, tertutup oleh sisik coklat muda dan mudah rontok. Helaian daun kerapkali melengkung sampai menggulung. Anak daun duduk atau hampir duduk berjarak satu dengan yang lain bangun lanset garis, pangkal bentuk baji atau terpancung dan pada tepi atas kerapkali bertelinga lemah, ujung menyempit, lancip, anak daun muda berambut halus, habitat pada batang pohon, rumpun bamboo, tepi hutan belukar, rimba rumput, dan pagar. Termasuk dalam spesies Nephrolepis biserrata karena anak daun fertile tidak jelas bertelinga. Sori jelas berjarak tepi daun. Termasuk dalam genus Nephrolepis karena daun menyirip tunggal, anak daun tidak berlekuk, menyirip atau berbagi menyirip, daun tidak beruas dengan akar rimpang, anak daun beruas dengan poros. Perkembangbiakan dengan spora berbentuk bulat terletak pada tepi daun berjarak, daunya menggulung.




























B. Pembahasan
1. Sub divisi Algae
Algae adalah tumbuhan ganggang yang merupakan tumbuhan thalus, hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang basah atau lembab. Yang hidup di air ada yang bergerak aktif ada yang tidak. Jenis-jenis yang hidup bebas di air, terutama tubuhnya bersel tunggal dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun plankton, tepatnya fitoplankton. Yang melekat pada sesuatu yang ada di dalam air, misalnya batu atau kayu disebut bentos. Tubuh ganggang memilki inti dan plastid, dalam plastid terdapat zat-zat derivate klorofil. Zat-zat warna tersebut berupa fikosianin, fikosantin, fikoeretrin, disamping itu ada pula warna santofil dan karotin.
Diantara ganggang ada yang daur hidupnya memperlihatkan metagenesis. Yang dianggap ganggang adalah yang lebih besar di antara kedua keturunan itu. Bila gametofitnya lebih besar daripada sporofitnya maka tumbuhan ganggangnya adalah pada fase gametofit. Sedangkan jika sporofitnya lebih besar daripada gametofitnya maka tumbuhan ganggang adalah sporofitnya.
Ganggang merupakan sumber daya nabati berbagai bahan kebutuhan hidup manusia. Ada yang langsung dimakan sebagai sayuran, menghasilkan agar-agar, dan bahan obat-obatan.
Anak divisi ganggang dapat dibedakan menjadi 7 kelas yaitu : kelas Flagelata, Diatomae, Chlorophyceae, Conjugate, Charophyceae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae. Masing-masing classis memiliki perbedaan mulai dari ciri morfologis sampai perkembangbiakan. Dari ketujuh kelas tersebut hanya 3 kelas akan dipelajari, yaitu kelas Chlorophyceae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae.
Dari hasil penganatan di Pantai Krakal Yogyakarta, terdapat berbagai jenis spesies Algae yang dapat ditemukan. Spesies-spesies tersebut adalah :
a. Ganggang hijau (Ulva sp)
b. Ganggang hijau (Halicystis sp)
c. Ganggang merah (Gracilaria sp)
d. Ganggang pirang (Padina sp)
e. Ganggang pirang (Turbinaria sp)
f. Ganggang hijau (Caulerpa sp)
g. Ganggang merah (Corallina sp)
Dari ketujuh speseis tersebut, ada yang memilki persamaan dalam classis maupun ordo, yang akan dibahas sebagai berikut :
a). Classis Chlorophyceae
Pada classis Chlorophyceae spesies yang mewakili pada saat Praktik Kerja Lapangan di Krakal Yogyakarta meliputi 3 spesies yaitu Ulva sp, Halicystis sp, dan Caulerpa sp. Secara umum pada classis Chlorophyceae memiliki ciri-ciri thalus berklorofil, hidup berkoloni, tubuh berupa sel tunggal atau banyak, yang berupa sel tunggal hidup berkoloni, yang berupa sel banyak hidup seperti filament. Ulva sp termasuk ordo Ulotrichales sehingga ciri-ciri yang spesifik dari spesies ini adalah sel-selnya mempunyai satu inti dan kloropals, thalus berbentu seperi daun selada. Ulva sp ditemukan dekat dengan bibir pantai pada jarak sekitar 3-4 meter dari bibir pantai, keberadaan thalusnya agak ke dalam batu karang sehingga ada yang terselip dalam celah-celah karang. Sedangkan pada Halicystis sp dan Caulerpa sp termasuk ordo Siphonales sehingga ciri-ciri umum yang dimilkinya adalah bentuk bermacam-macam, thalusnya tidak mempunyai dinding pemisah yang melintang sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas. Halicystis sp seperti gelembung berwarna hijau dan banyak inti sedangkan Caulerpa sp hampir menyerupai pohon dengan banyak assimilator. Halicystis sp terletak pada batu karang yang jaraknya 3-4 meter dari bibir pantai dengan thalus menempel pada karang yang letaknya agak terselip pada batu karang, hampir sama dengan Halicystis sp, Caulerpa sp letaknya sekitar 3-4 meter dari bibir pantai, speseis ini mudah ditemukan karena melekat di atas batu karang, muncul di permukaan sehingga tidak terselip pada batu karang
b). Classis Rhodophyceae
Pada classis Rhodophyceae spesies yang mewakili pada saat Praktik Kerja Lapangan di Pantai Krakal Yogyakarta meliputi 2 spesies yaitu Gracilaria sp dan Corallina sp. Secara umum classis Rhodophyceae memiliki ciri-ciri berwarna merah, kromatofora berbentuk cakram atau lembaran, termasuk dalam sub classis Floridae sehingga ciri-cirinya lebih speseifik yaitu thallus masih sederhana, umunya bercabang-cabang dengan beraturan. Percabanagan menyirirp menggarpu. Pada Gracilaria sp memiliki ordo Gigartinales sehingga ciri spesifik spesies ini adalah tubuh silindris dengan garis tengah 2-3 mm, terlatak pada jarak 4-5 meter dari bibir pantai dan melekat pada batu karang dengan rizoidnya, perlekatanya berada di atas karang sehingga tidak terselip pada karang. Corallina sp termasuk ordo Cryptonemiales sehingga ciri spesifik dari spesies ini adalah tubuh seperti kerak menempel pada batu karang, tubuh mengndung kapur dan bersekat-sekat, terletak pada jarak 4-5 meter dari bibir pantai dan tumbuh melekat di atas batu karang dengan rizoidnya.
c). Classis Phaeophyceae
Pada classis Phaeophyceae spesies yang mewakili pada saat Praktik Kerja Lapangan di Pantai Krakal Yogyakarta meliputi 2 spesies yaitu Padina sp dan Turbinaria sp. Classis Phaeophyceae memiliki ciri secara umum yaitu memiliki warna pirang. Padina sp termasuk ordo Dictyotales sehingga ciri spesifik dari spesies ini adalah bentunya seperti pita bercabang menggarpu, seperti kipas, pada garis tengah terdapat gari-garis konsentris. Terletak pada jarak 3-4 meter dari bibir pantai dengan perlekatan di atas batu karang dengan rizoidnya, mudah ditemukan karena menempel di atas batu karang. Turbinaria sp termasuk ordo Fucales sehingga spesies ini memilki ciri spesifik yaitu bentuk seperti terompet, bercabang menggarpu melekat dengan alat pelekat yaitu rizoid, terletak agak jauh dari bibir pantai yaitu 8-10 meter dari bibir pantai, spesies ini agak sulit ditemukan karena letaknya yang agak jauh dari pantai dan melekat diatas batu karang, sehingga tidak terselip karang.

2. Divisi Bryophyta
Bryophyta atau tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang tingkat perkembangnya lebih tinggi daripada Thallophyta. Pada umumnya memiliki warna yang benar-benar hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastid yang mengandung klorofil a dan b. kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya memilki dinding yang terdiri atas selulosa.
Tumbuhan lumut disebut juga tumbuhan gametofit. Pada tumbuhan lumut menghasilkan organ reproduksi jantan yang disebut anteridium dan berisi sperma. Juga menghasilkan organ reproduksi betina disenut arkegonium berbentuk botol, dan menghasilkan ovum. Tumbuhan lumut merupakan generasi gametofit yang membentuk gamet-gamet untuk melakuakan reproduksi seksual dan sebagai generasi sporofitnya adalah protonema yang menghasilkan spora.
Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan darat sejati dan jarang sekali hidup di air. Pada umunya masih menyukai tempat-tempat lembab dan basah. Penyebaranya cukup luas, mulai daerah kutub sampai daerah tropis. Di pegunungan maupun di dataran rendah. Pada pergiliran keturunan tumbuhan lumut sebagai gametofit adalah tumbuhan itu sendiri. Lumut dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu lumut hati dan lumut daun. Pada lumut hati gametofitnya masih berupa thalus. Belum dapat dibedakan bagian batang, akar, dan daun.
Dari hasil pengamatan di taman dekat gedung kesehatan UMS terdapat 3 spesies lumut, yaitu :
a. Lumut hati (Riccia sp)
b. Lumut hati (Riccia nutans)
c. Lumut daun (Andreaea sp)
Dari ketiga spesies tersebut memilki perbedaan dalam classis dan ordo yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Classis Hepaticopsida
Pada classis ini mewakili 2 spesies yang kita temukan yaitu Riccia sp dan Riccia nutans, secara umum memilki ciri-ciri yaitu gametofitnya berbentuk seperti pita, bercabang-cabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rizoid. Berhabitat di tempat yang basah, lembab, di atas bebatuan atau cadas, seperti yang kita temukan menempel pada bebatuan dan ada yang terletak pada pinggir selokan.
b. Classis Bryopsida
Pada classis ini meawakili 1 spesies yang kita temukan yaitu Andreaea sp, secara umum memilki ciri-ciri yaitu tubuh gametofit dapat dibedakan antara batang, daun, melekat dengan rizoid. Sporofit terdiri dari seta, dan kapsul. Terletak di tempat yang basah, lembab, terdapat pada bebatuan dan cadas. Yang kita temukan berada diatas tanah yang basah dan lembab.
3. Divisi Pteridophyta
Pteridophyta atau tumbuhan paku adalah tumbuhan yang berkembangbiak dengan spora, bukan dengan biij. Sporofitnya memilki sistem pembuluh yang berkembangbiak dengan jaringan xylem dan floem yang berbeda, karena itu secara potensial mampu mencapai ukuran yang jauh lebih besar daripada gametofit Bryophyta.
Pteridophyta mempunyai gametofit bersifat thalus, sporofitnya dapat dibedakan menjadi akar, batang, dan daun memiliki batang bercabang-cabang menggarpu, akar mempunyai kaliptra. Pada akar dan batang dijumpai berkas pengangkutan. Pteridophyta dapat tumbuh menjulang ke udara, ada yang berbentuk pohon dan dapat mencapai beberapa meter. Pteridophyta dibedakan menjadi 4 sub divisi yaitu Psillophytinae, Lycopodinae, Equisitinae, dan Filicinae.
Dari hasil Praktik Kerja Lapangan secara mandiri, telah ditemukan 5 spesies dari tumbuhan paku, yaitu :
a. Paku sejati (Nephrolepis exaltata)
b. Paku sejati (Polypodium polycarpon)
c. Paku sejati (Adiantum capillus)
d. Paku sejati (Polystichum filix)
e. Paku sejati (Nephrolepis biserrata)
Dari kelima spesies tersebut terdapat perbedaan dalam classiss, yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Classis Filicinae
Pada classis ini spesies yang mewakili adalah Nephrolepis exaltata, Polypodium polycarpon, Polystichum filix, Nephrolepis biserrata. Secara umum memilki ciri-ciri merupaka paku tanah yang epifit, tidak ada batang yang sesungguhnya, akar rimpang bersisik, daun mempunyai hubungan yang beruas atau tidak dengan akar rimpang. Daun tunggal atau majemuk, daun muda menggulung spiral, dan spora berada di bawah daun kadang-kadang tepi daun berurutan. Berhabitat di tempat yang lembab, teduh, tepi sungai, tanah yang agak berair, dan terlidung dari sinar matahari.
b. Classis Polypodiopsida
Pada classis ini spesies yang mewakili adalah Adiantum capillus, secara umum memiliki ciri-ciri tangkai daun dan poros-porosnya hitam, coklat, mengkilat. Sporangia terletak tidak tertancap pada helaian daun sesungguhnya tapi pada sisi selaput daun. berhabitat di tempat yang lembab, basash, diatas tanah, dapat juga ditumbuhkan dalam pot.
BAB V
PENUTUP


A. KESIMPULAN
1. Algae adalah tumbuhan ganggang yang merupakan tumbuhan thalus, hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang basah atau lembab.
2. Anak divisi ganggang dapat dibedakan menjadi 7 kelas yaitu : kelas Flagelata, Diatomae, Chlorophyceae, Conjugate, Charophyceae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae.
3. Dari hasil pengamatan di Pantai Krakal Yogyakarta, terdapat berbagai jenis spesies Algae yang dapat ditemukan. Spesies-spesies tersebut adalah :
a) Ganggang hijau (Ulva sp)
b) Ganggang hijau (Halicystis sp)
c) Ganggang merah (Gracilaria sp)
d) Ganggang pirang (Padina sp)
e) Ganggang pirang (Turbinaria sp)
f) Ganggang hijau (Caulerpa sp)
g) Ganggang merah (Corallina sp)
4. Pada classis Chlorophyceae spesies yang mewakili pada saat Praktik Kerja Lapangan di Krakal Yogyakarta meliputi 3 spesies yaitu Ulva sp, Halicystis sp, dan Caulerpa sp.
5. Pada classis Rhodophyceae spesies yang mewakili pada saat Praktik Kerja Lapangan di Krakal Yogyakarta meliputi 2 spesies yaitu Gracilaria sp dan Corallina sp
6. Pada classis Phaeophyceae spesies yang mewakili pada saat Praktik Kerja Lapangan di Krakal Yogyakarta meliputi 2 spesies yaitu Padina sp dan Turbinaria sp.
7. Divisi Bryophyta atau tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang tingkat perkembangnya lebih tinggi daripada Divisi Thallophyta.
8. Pada classis Hepaticopsida mewakili 2 spesies yang kita temukan yaitu Riccia sp dan Riccia nutans.
9. Pada classis Bryopsida meawkili 1 spesies yaitu Andreaea sp.
10. Pteridophyta atau tumbuhan paku adalah tumbuhan yang berkembangbiak dengan spora, bukan dengan biji.
11. Pteridophyta dibedakan menjadi 4 divisi yaitu Psillophytinae, Lycopodinae, Equisitinae, dan Filicinae.
12. Dari hasil Praktik Kerja Lapangan secara mandiri, telah ditemukan 5 spesies dari tumbuhan paku, yaitu :
a) Paku sejati (Nephrolepis exaltata)
b) Paku sejati (Polypodium polycarpon)
c) Paku sejati (Adiantum capillus)
d) Paku sejati (Polystichum filix)
e) Paku sejati (Nephrolepis biserrata)
13. Pada classis filicinae spesies yang mewakili adalah Nephrolepis exaltata, Polypodium polycarpon, Polystichum filix, Nephrolepis biserrata.
14. Pada classis Polypodiopsida spesies yang mewakili adalah Adiantum capillus.

B. SARAN
1. Diharapkan peserta PKL lebih disiplin waktu , supaya kegiatan PKL dapat berjalan dengan lancar .
2. Peserta PKL diharapkan dapat menguasai materi-materi terlebih dahulu, supaya mudah dalam mengamati preparat-preparatnya tersebut .
3. Diharapkan PKL tahun berikutnya lebih baik , tertib , dan disiplin waktu agar PKL dapat berjalan dengan lancar .